Bagaimana pekerja budaya Indonesia bisa mengakses arsip eks-kolonial yang disimpan di Belanda dengan lebih asik dan santai?
Nieuwe Instituut bekerja sama dengan Gudskul dan arsitekturindonesia.org menghadirkan
pameran Simpang Susun Arsip Kolonial.
Melalui rangkaian lokakarya, delapan peserta undangan mengeksplorasi beragam kemungkinan akses dan kolaborasi terhadap arsip arsitektur Indonesia pra-kemerdekaan
yang menjadi bagian dari Koleksi Nasional Belanda di Rotterdam.
Para peserta terdiri dari peneliti, seniman dan kolektif seni serta arsitektur dari Solok, Jakarta, Bandung, Sidoarjo, Palu dan Kupang.
Kamis,
23 Februari 2023
at Gudskul Ekosistem
Selama beresidensi 14 hari di Gubuak Kopi, Sufty Nurahmartiyanti (Gelanggang Olah Rasa, Bandung) dan Yoan Luji (Komunitas Kahe, Maumere), berkunjung dan melakukan pertemuan-pertemuan kecil dengan para tetangga kami di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok.
Selama berproses, ia berkenalan dengan sejumlah tetangga kami di Kampung Jawa, dan juga tanaman lokal, khususnya yang memungkinkan untuk kita seduh bersama. Latar praktik kreatifnya yang dekat dengan dapur dan peracikan minuman, mengajak kita melihat kemungkinan kolaborasi melalui pertukaran cita rasa dalam menyeduh. Bertukar pengetahuan meracik dan memadu rempah di sekitar kita ataupun di luar Kampung Jawa. Berspekulasi dengan cita rasa yang akrab di lingkup lokal, dan usaha yang berkelanjutan untuk kemandirian. Lebih dari itu, menarik pula melihat praktik ini sebagai upaya untuk sadar terhadap pangan yang aman, gaya hidup yang sehat, dan keselamatan lingkungan masa mendatang.
Yohan, dari Komunitas Kahe, Maumere, selama berproses melihat Kampung Jawa sebagai kelokalan yang tidak luput dari peran satu orang ataupun minoritas. Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk berkontribusi dan bersuara dengan gembira. Yoan berkolaborasi bersama teman-teman tuli, merayakan cara lain berkomunikasi secara performatif, mendayagunakan teknologi, dan memperluas publik bahasa – yang selama ini barangkali terbatas.
Menarik melihat proses para partisipan, membangun pertemanan, bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, dan saling mengapresiasi inisiatif-inisiatif warga merawat ruang hidup kita. Kehadiran teman-teman ini dan obrolan di halaman teras rumah warga ataupun di halaman belakang Rumah Tamera, adalah model pertukaran pengetahuan yang tidak ingin kami simpan sendiri. Presentasi publik ini bukanlah sebuah hasil, ia adalah bagian dari perluasan persebaran dan pertukaran pengetahuan itu, merayakan pertemanan kita, hidup bertetangga, dan kemanusian yang artistik.
-
Lumbung Kelana adalah salah satu program yang digagas oleh forum kolektif Lumbung Indonesia. Forum ini diinisiasi dan dikelola oleh 12 kolektif/kelompok di sejumlah kota di Indonesia, termasuk Komunitas Gubuak Kopi. Forum ini hadir sebagai kebutuhan untuk saling belajar memahami bagaimana kolektif bekerja, bertahan, dan berkelanjutan sesuai konteks lokasinya. Kebutuhan ini kemudian mendorong kami saling bertukar perwakilan untuk dapat mengalami konteks lokal masing-masing, saling berbagi dan berkontribusi.
Komunitas Gubuak Kopi sendiri adalah sebuah kelompok belajar untuk seni dan media di lingkup lokal, Solok, Sumatera Barat. Kelompok ini juga bekerja menjembatani kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antara seniman dan warga, serta mengelola ruang kreatif untuk presentasi proyek dan percobaan kreatif.
-
28-30 Januari 2022
Rumah Tamera – Komunitas Gubuak Kopi
Solok, Sumatra Barat.
gubuakkopi.id/lumbungkelana
@gubuakkopi
Kali ini di pasirputih ada Husin dari Sikukeluang dan Hafis dari Gubuak Kopi. Setelah kemarin berbagi dalam Bincang Kolektif.
Selanjutnya kami melakukan kerjasama dengan PKG-PAUD Kec. Pemenang akan melakukan workshop Dogeng dan Seni Rupa bersama Bapak Ibu guru PAUD di Kec. Pemenang yang tergabung dalam PKG-PAUD KECAMATAN PEMENANG. Kegiatan ini akan berlangsung pada:
Kamis, 27 - 28 Januari 2022
Pukul : 13.00 WITA - Selesai
Tempat : Pasirputih
Jln. Raya pemenang, Gg. GOR Bulu Tangkis, Dusun Kr. Subagan Daya, Desa Pemenang Barat, Kec. Pemenang.
#pasirputihlombok #gubuakkopi #sikukeluang #lumbungindonesia #fixer #gudskul #PkgPaudPemenang #SuksesBerjamaah
Bincang Kolektif
Bincang-bincang kali ini bersama Husin dari Sikukeluang dan Hafis dari Gubuak Kopi.
Rumah Budaya SIKU KELUANG adalah inisiatif seniman didirikan tahun 2011 oleh sekelompok seniman di Pekanbaru Riau. Ini adalah organisasi nirlaba yang berusaha untuk mendukung kemajuan gagasan seni dan ruang lingkup yang lebih besar dari kebudayaan, melalui pameran, festival, laboratorium seni, lokakarya, penelitian.
Gubuak Kopi: Lembaga Penelitian, Pengembangan Seni dan Media Gubuak Kopi atau lebih dikenal dengan sebutan Komunitas Gubuak Kopi adalah kelompok studi budaya nirlaba yang berkerja meneliti dan mengembangkan pengetahuan seni dan media dalam ruang lingkup lokal, memperkenal seni sebagai media aspirasi warga. bekerja secara kolektif bersama warga untuk memproduksi seni. Gubuakkopi didirikan oleh kelompok pemuda yang terdiri dari pekerja seni, peneliti media, mahasiswa, pemerhati budaya, dan jurnalis pada tahun 2011 di Solok, Sumatra Barat.
Akan di moderatori oleh A. Rosidi 'Dhoom'.
Bincang Kolektif akan dilaksanakan pada:
Senin, 24 Januari 2022
16.00 WITA
Di Pasirputih
Jln raya pemenang, Gg. GOR Bulu Tangkis Pemenang, Dusun Kr. Subagan Daya, Desa Pemenang, Kec. Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.
#pasirputihlombok #sikukeluang #gubuakkopi #lumbungindonesia #fixer #gudskul
Makam Jagal
(Pameran residensi Lumbung)
Pengantar Kuratorial:
Pameran ini merupakan bagian dari program residensi yang diadakan oleh Lumbung Indonesia dalam naungan program Lumbung Kelana. Program yang berlangsung selama 14 hari, memberi kesempatan pada dua seniman untuk tinggal dan berproses di Kolektif Hysteria, Semarang. Keduanya yakni Edward (Sikuterpadu) dari Makasar dan Ipon (sinau art) dari Cirebon. Dengan latar belakang yang berbeda, seniman mencoba mengamati Semarang dengan sudut pandang yang berbeda.
Pameran yang berjudul Makam Jagal merupakan kesan yang diambil dari obyek pengamatan kedua seniman tersebut. Keduanya memiliki ketertarikan yang berbeda, Edward atau biasa dipanggil Edo tertarik dengan salah satu komplek pemakaman tertua dan terbesar di Kota Semarang, Bergota sedangkan Ipon mempunyai ketertarikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat kampung tua dan padat perkotaan yaitu Bustaman yang terkenal sebagai tempat jagal kambing.
Masyarakat kampung Bustaman sampai saat ini masih menjaga tradisi dari para pendahulu, salah satunya adalah gebyuran. Rangkaian acara untuk menyambut bulan ramadhan. Salah satu rangkaian acara Gebyuran Bustaman yakni ziarah ke makam nisbat nama Kampung Bustaman yang dikenal sebagai kakek buyut pelukis Raden Saleh terletak di Pemakaman Bergota. Kegiatan itu merupakan bentuk masyarakat untuk menghargai dan mengingat leluhur. Tradisi ziarah sendiri sudah tidak banyak yang melakukan kecuali ke makam keluarga.
Warga Bustaman sendiri yang dikenal dengan pengolahan daging kambing banyak di antaranya jika meninggal akan dimakamkan di sana dengan jarak 4,7 km dari kampung. Secara tidak langsung bagi masyarakat Bustaman bergota adalah tempat makamnya tukang jagal. Berbeda pandangan jika warga selain bustaman memaknai komplek pemakaman bergota.
RESIDENSI HAKIKI
Residensi menghadirkan proses kreatif yang lebih unik dan mendalam bagi seorang seniman.
Sinau Art menjadi host dari Seniman Jhons Patriatik Karlah dari Trotoart dan Onyong Pasir Putih Lombok dalam melakukan residensi di Sinau Tabalong.
Kali ini para seniman akan mempresentasikan proses dan hasil kelana selama 14 hari di Sinau Art Cirebon.
Kolaborasi karya dari kolektif Sinau Art Cirebon, Trotoart Jakarta dan Pasir Putih Lombok.
Mempersembahkan :
- Presentasi Karya
- Pameran Herbarium
- Diskusi Proses Kreatif
- Nonton Bareng Karya film dokumenter
Jumat, 28 Januari 2022
17.00 WIB s/d Selesai
Tempat
Taman Belajar Cikalong (TABALONG)
Larangan, Harjamukti, Kota Cirebon
#LumbungHakiki
#Kolaborasiresidensi
#Lumbungindonesia
#Lumbungkelana
#SinauArt
#TrotoartCommunity
#Pasirputihlombok
Berbagi Rasa adalah upaya untuk menyampaikan kan pesan dan kesan tentang pengalaman peserta Residensi Lumbung Indonesia 2021-22 selama 14 Hari di Komunitas Trotoart yang notabenya melebur serta bagian dari masyarakat Penjaringan dari hasil mereka Membaca dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan sebuah siasat bertahan hidup dengan orang orang di pinggiran Kota Jakarta Utara.
Mereka melihat secara langsung kondisi aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari hari...
Mereka mendengar berbagai suara suara dan gemuruh dari kolong tol penjaringan setiap detiknya yang tak pernah menemukan sunyi...
Mereka merasakan siasat siasat dari orang-orang yang bertahan hidup mulai dari kehidupan yang di dalam gedung hingga orang yang hidup di bawah kolong Tol.
Dari hasil mereka membaca, mereka akan mencoba untuk berbagi rasa lewat proses proses serta karya yang mereka respon dari hasil kelana mereka selama masa Residensi ini. Mari kita sama sama mendengar dan turut serta merasa apa yang akan mereka bagikan.
*BERBAGI RASA DI TROTOART PENJARINGAN*
(Residensi Lumbung Indonesia 2021-22)
Bersama :
- Iyan Hasdiantoro
(Siku Ruang Terpadu - Makassar)
- Ahmad Jalaludin
(Sinau Art - Cirebon)
Host :
- Rinawati
(Trotoart - Jakarta)
Sabtu 29 Januari 2022
Pukul 21:00 Wib s/d Selesai
Live Instagram
@Trotoart_Community
#BerbagiRasaDiTrotoart
#ResidensiLumbungIndonesia
#LumbungKelana
#SikuRuangTerpadu
#SinauArt
#Trotoart_Community
LUMBUNG INDONESIA | LUMBUNG KELANA RESIDENCY PROGRAM
BEGHATUIH-ATUIH adalah istilah bagi orang Kampar terhadap sesuatu yang seakan tiada habisnya,
begitupun dengan apa yang dilakukan Diqu dan Jatul selama
delapan hari di Rimbangbaling dengan praktik yang mereka bawa dari komunitas masing-masing.
Andiqu Nurul Inayah atau biasa disapa Diqu, adalah seorang mahasiswa dan pekerja seni yang memiliki latar belakang
sebagai penari dan merupakan anggota aktif sejak tahun 2021 di Forum Sudut Pandang, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Program Pasar SaleSaleSale, Klub Penonton, Pinikan dan terlibat dibeberapa pertunjukkan tari
sebagai tim penata tari di World Dance Day “Tanda Tanya” ISI Surakarta, peserta tari Peksiminas XIV “Spirit of Kantau” Yogyakarta 2018. Diqu juga vokalis band lokal Folk Pop “Sejuk Sendu”, dan pembawa acara
program destinasi wisata “Pesona Indonesia” disalah satu stasiun televisi di kota Palu.
Hujjatul Islam dipanggil Jatul salah satu anggota pasirputih sampai saat ini, salah satu partisipan workshop Akumassa
yang diinisiasi oleh Forum Lenteng, Jakarta. Pameran perupa Lombok Utara, menjadi salah satu subjek dalam film dokumenter Elesan Deq Tutuq, workshop film dokumenter di Bali.Tahun 2021 Diundang sebagai salah
satu seniman di komunitas LostGens Contemporary Art Space, Malaysia, Seniman Island Attack bersama Arka Kinari yang diinisiasi Pasirputih Lombok dan salah satu seniman di Baledata yang diinisiasi Pasirputih
Lombok. Jatul sering sekali merespon berbagai medium dalam proses kekaryaan
Kegiatan ini adalah hasil kelana mereka, belajar dari komunitas masyarakat Koto Lamo, sungai, hutan, pohon tinggi menjulang,
berjalan digelapnya rimba, menunggu durian jatuh, menggambar di batu, menari di air.
Penelitian sederhana dan pengalaman mereka hari ini akan dibagikan kepada kita semua, beghatuih-atuih pengalaman, beghatuih-atuih
pelajaran tak habis-habisnya didapat dan dibagikan.
BEGHATUIH-ATUIH
SABTU, 29 JANUARI 2022
20.00 WIB
RUMAH BUDAYA SIKUKELUANG
JL. DWIKORA NO. 2 GOBAH-PEKANBARU
#saverimbangbaling
#sikukeluang
#lumbungindonesia
#lumbungkelana
#forumsudutpandang
#pasirputihpemenang
WARANTA
Presentasi Seniman Residensi
Sudah 2 minggu ini kawan-kawan Seniman Residensi Kelana berada di Pasirputih Lombok Utara.
Berkelana dan Membaca berbagai potensi kebertahanan baik Pasirputih sendiri maupun seniman dan budayawan yang dikunjungi.
Kemudian merespon berbagai temuan yang didapatkan selama proses.
Sabtu, 29 Januari 2022 akan dilaksanakan presentasi hasil kelana seniman selama 2 minggu ini.
Presentasi akhir ini dinamakan oleh seniman residensi dan host dgn nama WaranTa. WaranTa merupakan diartikan cerita.
Waran diambil dari bahasa sasak Lombok Utara yang berarti Cerita. Ta istilah kata yang menunjukkan diri (dalam hal ini seniman residensi dan host).
Presentasi kali ini, dalam bentuk pameran dan peristiwa sosial. Pameran ini akan menghadirkan Peta Perjalanan, Sketsa & Wayang Kardus, Video Waran, Video Proses dan Seniman Memasak.
Kegiatan ini akan
berlangsung pada:
Tanggal 29 - 30 Januari 2022
Tempat 08.00-16.00 WITA
Di Pasirputih, Jalan raya pemenang, Gg. GOR Bulu Tangkis, Dusun Kr. Subagan Daya, Desa Pemenang Barat, Kec. Pemenang, Kabupaten
Lombok Utara.
Mari jangan lupa hadir ya.... Kegiatan akan berlangsung dari jam 08.00-16.00 WITA. 08.00 WITA akan ada Seniman Memasak, 10.00 WITA Pembukaan Pameran.
#pasirputihlombok
#gubuakkopi
#sikukeluang
#lumbungindonesia
#fixer
#gudskul
Mengundang kawan-kawan sekalian untuk hadir pada pameran: Bagaimana Mengenang Maumere?
Penciptaan bersama:
- Dwi Januartanto (Serbuk Kayu, Surabaya) @serbukayu
- Hananingsih Widhiasri (Hysteria, Semarang) @grobakhysteria
- Komunitas KAHE (Maumere)
Pembukaan:
Sabtu, 29 Januari 2022, Pukul 19.00 WITA
Studio Komunitas KAHE – Maumere
‘Bagaimana Mengenang Maumere?’ adalah salah satu pertanyaan yang muncul dari Hananingsih Widhiasri @hanalogi_semata pada diskusi penciptaan karya, saat mempersiapkan pameran bersama Dwi Januartanto @januarbliss
dan Komunitas KAHE. Pertanyaan ini cukup mewakili eksplorasi dua seniman ini yang tengah menjalani Program Residensi Lumbung Kelana di Komunitas KAHE Maumere. Selama di Maumere, kedua seniman menelusuri situs-situs
sejarah dan budaya yang membentangkan ragam isu dan tema. Mulai dari sistem pemerintahan lokal, misi Gereja Katolik, kolonialisme, kesenian, filsafat, ikonoklasme, komunitas kreatif, pariwisata, suku Bajo, arsitektur,
hantu, Tuhan, makan, hingga nasi.
‘Bagaimana mengenang Maumere?’ adalah pemampatan dari pengalaman pertemuan para seniman dengan Maumere. Apa yang mereka lihat dan alami, serta cerita, citra, dan artefak-artefak tetang Maumere yang terwariskan dari masa lampau. Pameran ini adalah salah satu bagian/cara para seniman bercerita tentang Maumere beserta segala isinya yang mereka alami dalam kerangka waktu sinkronis (saat ini, saat mereka melakukan residensi) dan diakronis (yang terus dihadirkan secara kontekstual oleh cerita, ingatan, dan sejarah).
#lumbungindonesia #residensilumbungkelana #KomunitasKAHE #maumereofflores
"PVP vs PVE: Bermain-main dalam Mengelola Kolektif" akan diisi oleh Zulkhair Burhan, Pendiri Kedai Buku Jenny dan M. Rais, Pendiri SIKU Ruang Terpadu sebagai pembicara. Serta Doni Ahmad, Kurator dan Gesyada
Siregar, Periset FIXER sebagai penanggap.
Mengeja FIXER Keliling #1 ini dipersembahkan oleh Gudskul Ekosistem bersama SIKU Terpadu, Universitas
Bosowa Makassar, dan Kedai Buku Jenny. Serta didukung oleh Kedutaan Besar Jerman di Jakarta.
"Kolektif Seni di Semarang: Manifesto Seni Tulang Lunak Bandeng Juwana" menghadirkan pembicara Adin (Kolektif Hysteria) dan Singgih Adhi Prasetyo (Dosen Seni Rupa, Universitas PGRI Semarang & Pelukis). Hadir sebagai penanggap Tim Riset FIXER dan dimoderatori oleh Pujo Nugroho (Kolektif Hysteria).
Bagaimana membaca praktik kolektif dalam upaya distribusi kesejahteraan? Apalagi ketika negara tidak dapat memenuhi hak warga negara atas kehidupan yang layak, bagaimana praktik kolektif dan inisiatif mandiri menciptakan
bentuk kewargaan yang berbeda?
"Kolektivitas dan Praktik Kewargaan yang Lain" menghadirkan pemantik diskusi Zita Laras (Anggota Sekolah Salah Didik dan Dosen Pembangunan Sosial & Kesejahteraan,
Universitas Gajah Mada). Penanggap dari Tim Riset FIXER dan dimoderatori oleh Syafiatudina (Anggota KUNCI dan Sekolah Salah Didik).
Diskusi Mengeja FIXER Keliling bertema "Melihat Kolektif Bekerja" menghadirkan pembicara Albert Rahman Putra (Gubuak Kopi) dan Dede Pramayoza (Dosen ISI Padang Panjang & Pengelola Festival), penanggap dari Tim Riset FIXER, dan dimoseratori oleh Aza Khiatun Nisa (Rumah Tamera).
"Dimana Seninya? Membedah Proses Kreasi Karya Kolektif" menghadirkan pembicara Agung Eko Sutrisno (Kapital Space), Fitria Dwi Ayuningtyas (Lokus Art & Sains), Gesyada Siregar (Gudskul Ekosistem & Periset FIXER), Kiki Rizky Soetisna Putri (pengajar & peneliti, FSRD ITB), dan Yacobus Ari Respati (pengajar, FSRD ITB).
Diskusi "Praktik Kolektif di Skena Musik Indie Kota Medan" menghadirkan pembicara Mahalia Nola Pohan (Dosen Hukum & Vokalis Au Revoir) dan Muhammad Zikri Asmara/Obo Asmara (Dosen Universitas Sumatera Utara & Founder Medan Indie Voice & Movement and Voice), penanggap dari Tim Riset FIXER, dan dimoderatori oleh Tengku Ariy (Co-Founder Degil House).
Diskusi "Bikin Karya Seni Kolektif Buat Apa?" akan membicarakan tentang peran kolektif seni dan mengapa kita perlu membuat karya kolektif. Menghadirkan pembicara: Oky Arfie (Seniman & Dosen DKV FSR IKJ), Saleh Husein (Seniman), Angga Wijaya (Gudskul) dan Gesyada Siregar (Gudskul)
Diskusi "Berkolektif, Penting atau Gak Penting Sih?" akan membicarakan tentang bagaimana pengaruhnya seni dan kesenian dimasa kini. Menghadirkan pembicara Dr. Uhar Suharsaputra , M.Pd. (Ketua Dewan Kebudayaan
Kuningan) dan Opik Stones (Musisi, Omah Balong, Kuningan), penanggap dari Tim Riset FIXER dan dimoderatori oleh Royadi (Tudgam, Kuningan).
Mengeja FIXER Keliling ini dipersembahkan oleh Gudskul Ekosistem
bersama Tudgam, Omah Balong, Dewan Kesenian Kuningan, dan didukung oleh Kedutaan Besar Jerman di Jakarta.